Kids Zaman Now
Assalamu’alaikum....
Hai teman-teman.... Kali ini kita kembali bertemu di Zuhdialfi Notes. Kali
ini Alfi akan menulis sesuatu dengan gaya esai. Apa itu? Tentang topik yang
sedang dibicarakan banyak orang tentang kita, generasi millenial (yang lahir tahun
2000-an). #KidsZamanNow! Kenapa Alfi memilih topik ini dibandingkan dengan
topik yang lainnya? Karena Alfi agak prihatin melihat generasi millenial
Indonesia berada di krisis moral. Krisis moral apanya? Bisa kalian lihat, atau
malah kalian sendiri, para pembaca, kids zaman now itu sendiri. Kalo kita
berjalan-jalan keliling kota, biasanya kita sering melihat segerombolan anak
muda dengan sepatu mahal (Nike, Adidas, dan lainnya) membawa smartphone yang canggih dan mahal sambil
berswafoto ria. Habis itu mereka sibuk melakukan sesuatu di HP mereka. Ngapain
mereka? Update status di Instagram atau Facebook! Miris deh hati Alfi kalo
ngeliat hal beginian. Padahal kan harusnya generasi muda Indonesia melakukan
hal-hal yang jauh lebih bermanfaat dibandingkan menghambur-hamburkan uang
orangtua mereka. Seperti kata Dante, tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi
mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral berlangsung (paham kan
maksudnya?). Itulah yang sedang Alfi lakukan. Menjadi agen perubahan untuk sesuatu
yang lebih baik dan berusaha mengubah pandangan orang tentang kita, generasi
millenial Indonesia, dari negatif menjadi positif. Kalian mau tau risetku
tentang kids zaman now dari berbagai sumber? Liat aja tulisanku dibawah.
#KidsZamanNow
Akhir-akhir ini, di berbagai
media sosial dan media cetak mulai muncul istilah baru. #KidsZamanNow. Entah
siapa yang memunculkan dan memopulerkan istilah itu, namun dampaknya luar
biasa. Dampaknya adalah membuat perspektif orang tentang kita, generasi
millenial Indonesia, dianggap negatif. Netizen bahkan sering membuat kicauan di
media sosial dengan menggunakan tagar #KidsZamanNow dengan caption yang
menyindir sebagian besar anak muda yang lahir di tahun 2000-an. Tapi kita akan
membahas definisi secara umum tentang kids zaman now terlebih dahulu. Kids
zaman now tu sebetulnya apa sih? Definisi umumnya, anak muda dari generasi
millenial yang terpengaruh oleh globalisasi dan meniru gaya hidup ala Barat
(konsumtif, individualistis, dan lain-lain).
Sedangkan
menurut Simon Sinek dalam Inside Quest (acara
talkshow luar negeri yang tema
utamanya tentang psikologi), remaja zaman sekarang ini lebih mementingkan
sesuatu yang bersifat instan (instant
gratification), tidak mau bekerja keras, dan mencemaskan para follower (jumlah likes di status mereka). Mereka juga hampir setiap saat membuka smartphone dalam satu hari (membuka
media sosial). Dan yang sering Alfi lihat, kalo pas lagi ke Perpusda
(Perpustakaan Daerah) atau Balaikota (acara pengajian remaja), biasanya ketemu
segerombolan anak muda (entah mereka anak SMP atau SMA) yang habis jalan-jalan
dan membawa smartphone mahal sambil
update status dan membawa powerbank
serta bersepatu mahal. Selain itu mayoritas generasi millenial Indonesia lebih
menyukai budaya luar negeri (musik pop) daripada musik dan tarian daerah.
Mereka juga lebih menyukai menggunakan pakaian ala Barat daripada pakaian
daerah (batik, kain tenun, dan lainnya).
Selain
itu menurut Tere Liye yang di-share
melalui WhatsApp tentang #KidsZamanNow itu masih menggantungkan pada orangtua,
maksudnya buat beli kuota masih minta uang dari orangtua. Mereka juga
istilahnya manja, tidak mau bekerja keras (menurut Tere Liye), bergaya
sosialita dan jalan-jalan ke tempat bergengsi. Anak muda jaman sekarang juga
tidak sabaran, suka mencoba-coba sesuatu yang baru padahal ‘sesuatu’ itu
berbahaya. Karena mereka masih muda, emosi mereka juga belum bisa diatur
sehingga mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dari
beberapa sumber, generasi muda Indonesia mulai terpengaruh oleh narkoba, paham
radikalisme, dan paham liberalisme.
Soal
radikalisme, anak muda saat ini kan sudah dibekali HP canggih tanpa diawasi
oleh orangtua. Masalahnya dimana? Dengan tanpa pengawasan orangtua, remaja bisa
saja membuka situs yang berkaitan dengan terorisme (ISIS, Islamic State of Iraq
and Syria). Lalu mereka tertarik oleh iming-iming surga apabila berjanji
menjadi jihadis dengan bom bunuh diri yang, sasarannya selain orang tak
bersalah, juga aparat masyarakat yang mereka anggap kafir karena mereka (aparat
masyarakat) tidak menggunakan syari’at Islam dalam menjalankan pemerintahan.
ISIS itu kan Islam garis keras, maksudnya menganggap tidak boleh ada orang
beragama selain orang beragama Islam. Apalagi di Indonesia sudah ada beberapa
ustadz yang terpengaruh oleh paham radikalisme dan ditugaskan untuk menyebarkan
bibit-bibit paham radikalisme di kalangan anak muda.
Liberalisme,
dampaknya jauh lebih berbahaya daripada narkoba, meskipun kedua-duanya
sama-sama mengancam generasi muda Indonesia. Jadi gini, liberalisme adalah
paham yang berasal dari Barat. Maksudnya adalah paham tentang kebebasan apapun.
Tapi yang paling dicemaskan di Indonesia adalah kebebasan pergaulan dimana kita
(laki dan wanita) bergaul secara bebas tanpa aturan agama, yang penting senang
(pacaran). Pacaran, atau bahkan seks bebas, adalah salah satu gaya hidup dari
Barat yang membuat kita melupakan aturan dalam agama dan harus dijauhi. Selain
itu gaya hidup konsumtif (suka membeli barang baru padahal yang lama masih bisa
dipakai) juga mempengaruhi sebagian besar gaya hidup generasi millenial
Indonesia. Apalagi kegiatan shopping
(berbelanja). Gara-gara gaya hidup dari Barat yang dianggap lebih maju dan
tanpa aturan, akibatnya masyarakat Indonesia terutama generasi muda lebih suka
berbelanja (menghabiskan uang) daripada melakukan kegiatan amal (membantu fakir
miskin). Padahal, kalo kita tidak terpengaruh oleh gaya hidup dari Barat, boleh
jadi kita masih hidup tanpa permusuhan, bergotong-royong, suka membantu sesama,
dan ramah terhadap orang lain. Individualisme (hidup tanpa memedulikan orang
lain yang membutuhkan bantuan) juga mempengaruhi sebagian besar masyarakat
Indonesia (terutama generasi muda).
Yang paling mengagumkan,
ternyata 157 tahun yang lalu, KGPAA Mangkunegara IV sudah menuliskan di karya
agungnya, Serat Wedhatama di tembang Pangkur pada (bait) 6; “Seperti halnya
watak anak muda, masih pula berlagak congkak, tujuan hidupnya begitu rendah,
maunya mengandalkan orang tuanya, yang terpandang serta bangsawan. Itu kan ayahmu!”
Kata-kata diatas sudah mencerminkan apa yang terjadi saat ini. Tetapi
sebetulnya masih banyak tembang dalam Serat Wedhatama yang mencerminkan tentang
perilaku anak muda. Mereka tidak mau bekerja keras, yang penting aku (anak
muda) hidup senang. Bahkan, ada orangtua temanku di WhatsApp pernah mengatakan
sesuatu saat menjelang Pensi (Pentas Seni); “Biarkan saja. Mereka kan masih
anak muda. Biarkan mereka bersenang-senang.” Saat aku diberitahu ibuku, aku
hanya menjawab dengan santai; “Hah, paling nanti ortunya nyesel membiarkan
anaknya bersenang-senang saat ini. Besok kalo anaknya bermasalah, orangtuanya
nyesel pada akhirnya.” Apalagi saat ini pergaulan anak muda sudah diluar
kewajaran. Hubungannya dengan Pensi yang dilaksanakan saat malam hari: beresiko
terkena sesuatu yang berbahaya. Entah itu pergaulan bebas, atau apalah. Miris
kan, ngeliat kalo orangtua mereka membiarkan anaknya bersenang-senang padahal
berbahaya bagi anak tersebut. Harusnya, orangtua menjaga dan melindungi anaknya
dari berbagai ancaman dengan berbagai cara. Bukan membiarkan anaknya melakukan
sesuatu yang beresiko.
Seperti kata Soekarno; “Beri aku
1000 orang tua, maka aku akan mencabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda,
maka akan aku guncangkan dunia!” Dari kata-kata diatas menunjukkan bahwa
pemuda, atau generasi millenial Indonesia adalah sesuatu yang harus dijaga demi
keutuhan bangsa. Akan tetapi, jika generasi millenialnya malah seperti ini
(terpengaruh oleh budaya liberalisme), apa yang bisa diharapkan dari Indonesia
di masa yang akan datang? Maka dari itu kita harus menjaga diri dari pengaruh
yang buruk bagi kita. Kalian, para remaja, harusnya sudah bisa membedakan mana
yang baik untuk kita dan mana yang buruk bagi kita. Bukannya malah meniru
segala-galanya. Selain itu kita juga harus mencintai kebudayaan yang ada di
negara kita, Indonesia. Orang bule aja sampai datang ke Bali hanya untuk
melihat tarian yang hanya ada di Indonesia. Masa’ kita gak bangga sama budaya
sendiri? Di luar negeri, maksud saya di Eropa dan benua lainnya, mereka bahkan
terpecah belah walaupun mereka satu bahasa, satu ras, dan satu agama. Di
Indonesia? Kita aja yang bahkan terdiri dari beragam suku, budaya, ras, dan
agama aja gak pernah terpecah belah. Meniru budaya luar negeri berarti
mengancam keberadaan budaya yang ada di Indonesia. Beberapa budaya luar negeri
jelas bertentangan dengan agama yang kita anut dan etika ketimuran kita
sendiri. Oleh karena itu, kalian, para pembaca. Kalo ada yang masih remaja dan
mungkin melakukan beberapa hal diatas, jangan tersindir. Bacaan ini sebetulnya
buat kritik anak muda dan buat introspeksi (muhasabah atau perenungan). Kalian
menginginkan Indonesia menjadi lebih baik? Keputusan itu ada di tangan kalian,
#KidsZamanNow.
setuju~
BalasHapusanak zaman sekarang atau yang Alfi bilang orang banyak menyebut "kids zaman now" (bahasa campuran apa tu :D) itu lebih suka hal-hal praktis, apalagi dengan kemajuan teknologi sekarang. Hampir semua anak remaja, bahkan anak SD saja di lingkungan Fia, masing-masing punya hape sendiri, dan mereka diberi kebebasan untuk membuat internet. Bahkan mayoritas menyalahgunakan tujuan utama pembuatan smartphone dan kemudahan internet yang dikemukakan para orang pintarnya (apalah itu -_-). Seharusnya kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk kemudahan kita belajar dan berkomunikasi dalam jarak jauh, bukannya untuk kesenangan dan bersosialisasi belaka :) apalagi untuk gaya-gayaan
Fia sering diskusi soal ini sama orangtua ^_^, soalnya Fia kadang-kadang minder juga buat punya hape sendiri yang sampai sekarang orangtua belum memperbolehkan Fia punya hape. Katanya nanti Fia kecanduan, lupa waktu, atau belum bisa dipercaya kalau-kalau Fia buka-buka hal gak jelas (misal, infotainment dsb) yang enggak bermanfaat. Dan kalau dipikir, ya, memang sebaiknya begitu saja. Orangtua bilang, Fia akan diberi hape kalau Fia sudah bisa dipercayai dan sukses saja ^o^
Orangtua juga suka cerita, bagaimana susahnya mereka mengerjakan tugas sekolah dulu. Orangtuanya ayah dan ibu dulu tidak sekolah tinggi, bahkan ada yang sekolahnya tidak tamat, jadi boro-boro membantu ayah dan ibu mengerjakan peer, jadi enggak seperti Fia sekarang yang peer masih bisa tanya ayah ibu. Bahkan ibu Fia pernah pergi sampai ke luar kota nyari perpustakaan lengkap waktu SMA dulu demi ngerjain tugas sejarah, karena dulu belum ada kemudahan internet.
Jadi, kita sepatutnya bersyukur hidup di zaman yang diberi kemudahan seperti ini; mengerjakan tugas macam-macam tinggal buka google yang jawabannya selalu ada. Sayangnya, banyak sekali yang enggak sadar akan hal itu, dan menyalahgunakan kemajuan teknologi. Ckckck :)
Alfi saja sebenarnya tidak punya HP. Hanya karena kelas dan kadang ada sharing kode soal Quipper makanya punya beberapa medsos (Instagram dan Line). Tapi dua medsos itu tidak digunakan untuk hura-hura tapi untuk tugas. Alfi hanya diberi laptop tua (dari tahun 2008) untuk mengerjakan tugas dan nge-blog. Mungkin Fia mengira kalo Alfi punya HP, padahal tidak. Dan Alfi udah sadar, kalo misalkan Alfi punya HP mungkin bakal tidak terkendali. Jadi nurut aja sama perintah ortu. Beberapa teman sering tanya, kenapa kamu gak punya HP? Ortu punya kebijakan tersendiri, dan sebenarnya, lebih dari itu, mereka ingin melindungi kita dari pengaruh negatif di luar sana. Menurut survei, lebih dari 70% pengguna HP adalah generasi muda. dan sebagian besar generasi millenial menggunakan HP hanya untuk update status, curhat, bahkan menyebarkan hoax. Sayangnya, mereka tidak sadar kalo mereka sedang menghabiskan uang ortu mereka sendiri (dengan menggunakan HP mahal).
Hapussepuluh dari sepuluh bintang untuk postingannya!!! (tepuk tangan) ^v^
BalasHapusMakasih..... (Kalo kamu mau, sharing ke beberapa teman kamu)
Hapushttps://creamapple.blogspot.co.id/ ganti url
BalasHapusAku juga prihatin sama kids jaman now :( . Posnya bagus banget kak! :) .
BalasHapus