Live In With Libels '20

Assalamu’alaikum.... Hai teman-teman.... Kali ini kita kembali bertemu di Zuhdialfi Notes. Kali ini Alfi akan membawakan sesuatu yang berbeda dari isi blog Alfi selama ini. Jika biasanya Alfi menulis biografi, resensi, atau esai, maka kali ini teks yang ditulis beda genrenya. Apa itu? Diary! Memang sih kebanyakan orang tidak terlalu suka menceritakan pengalaman pribadinya. Namun yang satu ini bertujuan untuk menghilangkan rasa malas dan membuka wawasan tentang SMA. Kali ini Alfi akan bercerita tentang pengalaman Alfi dan teman-teman seangkatan melakukan program Live In (khusus kelas 10). Dalam tulisan ini, Alfi akan lebih banyak menceritakan apa yang Alfi dan teman-teman se-RT alami (dua kelas untuk satu desa). Program tersebut seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang ada di universitas atau perguruan tinggi. Bedanya yang melaksanakan siapa (lembaga). Live in tersebut dilaksanakan di desa Kendal (jangan anggap desanya miskin). Nah, penasaran kan seperti apa live in nya? Liat aja tulisan dibawah ini.

Live In With Libels ‘20
Live in adalah salah satu program wajib (tahunan) yang dilakukan oleh kelas 10 siswa SMAN 15 Semarang. Sebelumnya akan Alfi jelaskan beberapa hal. Libels adalah singkatan dari Lima Belas Semarang. Secara nama, sekolahku tergolong unik. Kenapa? Karena hampir semua SMA di Kota Semarang masih menggunakan kata SMA di singkatannya. Contohnya SMANSA (SMAN 1 Semarang), SMANDA (SMAN 2 Semarang), dan lain-lain. Sedangkan angka ’20 adalah tanda angkatan kesekian. Kenapa angkanya 20? Karena angkatan kita lulusnya tahun 2020, walaupun Libels ‘lahir’ pada tahun 2 Januari 1991 (tahun 2018 ini sudah berumur 27). Jadi angka ’20 dan sebagainya adalah tanda bahwa kita lulus di tahun sekian.
Live in dilaksanakan selama empat hari di Kendal. Karena ada 10 kelas (IPA dan IPS), maka ‘disediakan’ 5 desa. Ada 5 desa di sana, yaitu Curug Sewu, Selo, Mlatiharjo, Gedong, dan Plososari. Seluruh siswa (jumlahnya ada 362 siswa) menginap di rumah orangtua angkat mereka sambil membantu melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Ada yang kerjanya berdagang (membuka toko kelontong), bertani, berkebun, dan beternak.

·        Hari Pertama, 19 Februari 2018
Kami berkumpul di sekolah terlebih dahulu pada jam 6.30 karena ada apel dan pembukaan acara oleh kepala sekolah. Jam 7 tepat, kami mulai berangkat dengan bis (tentu saja bis khusus pariwisata). Perjalanan tersebut memakan waktu 3 jam. Perjalanan yang lama terasa menyenangkan, walaupun banyak kelokan ketika mendekati Kendal (Kendal terletak di daerah pegunungan) dengan rute melewati Weleri. Saat tiba di balai desa, kami dikumpulkan terlebih dahulu untuk diperkenalkan dengan Kadus masing-masing desa. Kadus kami (untuk desa Selo) namanya Pak Sarlanto. Ketika perkenalan selesai kami berangkat lagi menuju desa masing-masing dengan menggunakan bis. Jalan masuk ke desa Selo sangat sempit, hanya bisa dilewati satu mobil atau bis berukuran sedang sehingga bis kami harus berjalan dengan pelan-pelan. Saat perjalanan menuju desa Selo, kami melewati beberapa sekolah, perkebunan, dan sawah.
Beberapa saat kemudian, akhirnya kami tiba di desa Selo. Kami berkumpul di sebuah rumah milik Pak Mujiyono yang bagi Bu Inawati dan Bu Mitha, seperti orangtua sendiri dan selanjutnya rumah tersebut kami sebut sebagai basecamp. Kami menurunkan barang-barang di depan rumah tersebut. Pak Sarlanto mulai membuka acara tersebut dan ‘menitipkan’ kami pada orangtua masing-masing. Setiap dua atau tiga anak dijemput oleh orangtua masing-masing. Aku dan Syaefuddin mendapatkan orangtua bernama Pak Saryanto dan Bu Yadi. Kami kemudian dijemput oleh istrinya dan langsung menuju rumahnya yang tidak jauh dari basecamp. Saat tiba di rumah, kami disuruh untuk masuk ke kamar. Kamarnya lumayan besar dengan kasur springbed (gak nyangka juga ada kasur semacam itu di desa) dan kamar mandi di dalamnya, tetapi gelap. Ada lampunya sih, tapi remang. Setelah membereskan barang bawaan kami keluar dari kamar dan langsung disuguhi teh dan cemilan. Saat meminum teh itulah, kami mulai berkenalan dengan orangtua sambil makan siang.
Saat sore jam setengah empat, aku dan Syaefuddin memutuskan untuk keluar bermain. Temanku lebih memilih untuk bermain bareng temannya sendiri. Sedangkan aku setelah sholat Ashar memilih untuk berjalan-jalan walaupun gerimis. Ternyata, di dekat salah satu rumah warga sedang diadakan pertunjukan kuda lumping yang, semuanya diperankan oleh anak-anak sehingga tidak terjadi kesurupan. Namun aku lebih memilih untuk berjalan-jalan hingga mencapai desa sebelah yaitu Selo Jetis. Setelah sampai disana aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena sudah hampir mendekati waktu maghrib. Satu jam lamanya aku berada di rumah sambil menonton TV dan meminum teh. Ketika adzan maghrib berkumandang, aku segera pergi ke mushola untuk sholat berjamaah. Setelah sholat dan berdoa, aku segera pulang ke rumah untuk makan malam sebelum acara sharing dimulai.
Acara sharing dilaksanakan di basecamp. Saat acara sharing dimulai, kami sudah berada di sana sambil menunggu teman-teman kami yang belum datang. Sembari menunggu, kami diminta oleh kedua guru pendamping kami, Bu Inawati dan Bu Mitha untuk mengisi daftar absensi kehadiran siswa. Akhirnya, acara sharing dilaksanakan ketika menjelang jam 7 malam, bukan setelah sholat maghrib. Tak lama kemudian teman-teman kami mulai berdatangan. Tuan rumah mulai meminta tolong pada kami untuk mengedarkan makanan dan minuman kepada semua orang yang ada di rumah itu. Bu Inawati meminta materi sharing kali ini tentang pengalaman kami yang tadi kami alami. Acara sharing terlewati dengan seru dan menyenangkan karena isi cerita mereka. Setelah acara sharing selesai kami semua pulang ke rumah masing-masing untuk tidur dengan nyenyak.

·        Hari Kedua, 20 Februari 2018
Kali ini setelah bangun tidur dan sholat subuh, kami diajak oleh bapak kami untuk pergi ke peternakan. Kandangnya sendiri terletak di dalam hutan yang ada dibawah. Maksudnya antara lokasi rumah kami dengan lokasi kandang berbeda secara ketinggian tanahnya. Kami ke sana untuk memberi makan sapi dengan rumput. Suhu yang lumayan dingin membuat gas metan dari kotoran sapi yang sudah mengering menguap. Sesudah memberi makan sapi, kami kembali ke rumah untuk sarapan.
Setelah sarapan, barulah kami diajak untuk pergi ke sawah yang jaraknya lumayan jauh, mungkin sekitar dua kilometer dari rumah. Untuk ke sawah saja, kami harus melewati kompleks sawah milik orang lain, melewati perkebunan, dan melewati beberapa jembatan dari bambu yang agak sedikit licin. Namun ketika tiba di sawah, semua kepenatan hilang sudah. Belum pernah aku melihat pemandangan seperti itu. Sawahnya terletak di dekat sungai yang lumayan besar, berseberangan dengan sawah milik orang lain. Daerah di sekitar sawahnya yang terdiri dari lapangan berumput ditanami dengan berbagai tanaman, seperti cengkeh, jambu biji, pisang, dan lain-lain. Setelah membereskan peralatan kami berdua membantu bapak untuk memotong rumput liar dengan arit. Rumput tersebut akan digunakan sebagai pakan sapi. Satu jam kemudian, rumput yang kami kumpulkan sebanyak satu karung. Akhirnya, setelah kami menyabit rumput, bapak menyuruh kami berdua untuk bermain di sungai. Setelah bekerja dan bermain, kami pulang sambil membawa pisang setandan dan jambu sekilo. Kami pulang menggunakan jalan yang berbeda sehingga melewati peternakan ayam dan juga sawah milik orang lain.
            Setelah tiba di rumah, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sementara temanku lebih memilih untuk bermain. Sebelum mandi, itu berarti sekitar jam 10, aku membantu ibuku membuat brownies dengan tiga rasa, keju, coklat, dan pandan. Sesudah semuanya jadi, aku melahap yang disediakan yaitu rasa coklat. Mungkin karena kelelahan sesudah bekerja, aku melahap hingga 6 potong. Setelah itu aku memutuskan untuk mandi. Setelah mandi, aku membuat grand design laporan ini dengan membuat gagasan utamanya. Ketika jam 11, aku hanya berada di rumah untuk menonton TV hingga adzan dzuhur berkumandang. Setelah sholat, aku melewatkan acara makan siang dengan tidur karena merasa begitu kelelahan. Saat bangun tidur dan sholat ashar di mushola, aku mulai menyadari bahwa kampung ini terlalu sepi. Setelah bertanya pada teman-teman yang masih ada, aku mengetahui kalo mereka berada di sungai dan menuju ke danau buatan. Padahal, tadi siang baru saja hujan, jadi kemungkinan besar aliran sungai akan semakin deras. Sesudah itu aku pulang dan memutuskan untuk di rumah saja sambil membantu orangtua. Setelah membantu orangtua, aku menonton TV lagi sambil meminum teh.
Sekitar jam 6 malam, aku memutuskan untuk sholat maghrib di masjid yang penuh dengan cerita mistis. Saat sholat bersama teman-temanku, cuaca mulai berubah dengan drastis. Hujan turun dengan lebat seperti badai. Membuat kami yang kepingin bergegas untuk pulang berpikir ulang. Setelah menunggu 10 menit, hujan mulai mereda walaupun masih deras, aku memutuskan untuk pulang. Ketika tiba di rumah, aku segera makan malam. Setelah makan, aku segera bergegas menuju basecamp walaupun masih hujan lebat. Saat tiba di sana, hanya ada sedikit orang dan semuanya perempuan, jadi aku adalah satu-satunya lelaki yang ada di sana. Ketika menunggu yang lainnya datang, tiba-tiba mati lampu. Pet! Membuat kami merasa buta karena begitu gelap. Untungnya tuan rumah segera memberikan beberapa senter dan menyalakan beberapa lilin. Ketika mati lampu itulah, mulai berdatangan beberapa orang dan ada dua anak laki-laki yang kukenali, Ferdhy dan Triestan. Karena peserta sharing sangat sedikit (beberapa ada yang dilarang oleh orangtuanya untuk keluar saat hujan deras) dari gabungan dua kelas, maka Bu Inawati dan Bu Mitha memutuskan untuk menggabungnya dalam satu ruangan dan mengharuskan semuanya untuk bercerita karena sedikitnya peserta. Sharing yang satu ini tetap seru dan lucu. Kenapa? Karena beberapa peserta salah secara konteks kalimat. Contohnya, “Tadi saya pergi ke sawah memetik jambu”. Masa’ ke sawah buat mengambil jambu? Di sawah kan harusnya bertani bukan berkebun. Cuaca begitu dingin sehingga aku meminum teh hingga tiga gelas. Setelah semuanya bercerita, kami segera pulang. Untungnya hujan benar-benar reda. Saat perjalanan menuju rumah, kami bertemu dengan teman-teman kami yang berjalan menuju basecamp. Aku segera pulang ke rumah untuk sholat isya dan tidur dengan nyenyak.   

·        Hari Ketiga, 21 Februari 2018
Termometer menunjukkan angka 24 derajat Celcius. Membuat napas kami berhembus seperti asap dari naga yang sedang marah. Dalam gerombolan (aku, Ferdhy, Yamani, dan Syarip), kami memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi desa. Setelah merasa cukup kami segera pulang ke rumah masing-masing. Inilah waktunya untuk bersenang-senang! Bapakku sendiri pergi ke Sukorejo untuk mengendalikan traktor sehingga kami tidak memiliki pekerjaan. Temanku sendiri, seperti biasanya, main. Aku memutuskan untuk membantu ibuku masak di dapur. Bekerja di depan perapian membuat suhu meningkat.
Sekitar jam 8, aku memutuskan untuk pergi bermain dengan teman-temanku. Ketika kami sedang bermain, anak-anak dari kelas X IPS 3 memutuskan untuk pergi ke Curug Sewu dengan mobil colt sehingga agak berdesak-desakan. Curug Sewu adalah lokasi wisata yang ada air terjunnya. Kami pun segera berdiskusi untuk pergi ke Curug Sewu dengan cara yang sama. Namun pertanyaannya adalah: dari mana kami bisa menyewa mobil colt? Untungnya salah satu orangtua temanku berbaik hati mengantarkan kami sekalian mengantarkan buah-buahan ke pasar. Akhirnya kami mulai pergi menuju lokasi wisata tersebut
Tempatnya lumayan besar, seperti kompleks bonbin. Namun dengan tambahan air terjun yang berada di bawah. Ketika kami melihatnya dari atas, subhanallah! Pemandangannya begitu mengagumkan! Suara air terjun membuat hati kami terasa damai. Ada pelanginya pula. Walaupun cahaya matahari begitu terik namun udaranya terasa sejuk (karena Kendal berada di daerah pegunungan). Di sebelah selatan, ada pemandangan berupa hamparan sawah dan perumahan. Curug Sewu berada di ketinggian sehingga membuat pemandangan tersebut terlihat seperti padang rumput yang begitu luas. Disana, selain melihat-lihat pemandangan, kami juga berfoto ria dengan latar belakang air terjun.  Setelah puas berada di sana dan hampir jam 12, kami memutuskan untuk pulang. Namun sebelum pulang kebanyakan teman kami memilih untuk makan mi rebus. Setelah makan, barulah kami pulang dengan cara yang sama seperti berangkat tadi.
Ketika tiba di rumah, aku memutuskan untuk mandi dan sholat dzuhur di rumah. Setelah itu barulah aku makan. Namun karena sudah jam dua siang aku memutuskan untuk tidak tidur siang dan lebih memilih menonton TV sambil meminum teh. Karena Kendal berada di ketinggian maka hujan sering terjadi. Itulah yang kualami saat ini. Ketika hujan aku merasa lapar. Maka aku segera memutuskan untuk makan malam sebelum sholat maghrib. Untungnya hujan mulai mereda ketika adzan maghrib berkumandang. Aku dan temanku segera sholat maghrib di mushola. Selesai sholat kami memutuskan untuk langsung pergi ke basecamp.
Untungnya, kali ini tidak terjadi mati lampu. Dan peserta sharing pun semuanya hadir. Namun di malam terakhir ini Bu Inawati meminta kami untuk bercerita tentang kesan dan pesan selama berada di sini. Acara berlangsung dengan seru dan kami diberi pengarahan untuk persiapan pulang esok hari. Setelah acara selesai kami semua pulang ke rumah untuk membereskan barang bawaan (packing), sholat isya, dan tidur dengan nyenyak.

·        Hari Keempat, 22 Februari 2018
Karena semalam hujan, maka suhu turun dengan drastis. Setelah sholat subuh di mushola, kami memutuskan untuk berjalan-jalan lagi walaupun langit masih gelap. Kali ini termometer menunjukkan angka yang lumayan ekstrem, 20 derajat Celcius. Lagi-lagi, jika disoroti dengan cahaya flashlight dari HP, napas kami berhembus seperti naga yang sedang marah. Ketika jam setengah 6, kami memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Ketika tiba di rumah, temanku memilih untuk mandi walaupun airnya lumayan dingin. Sedangkan aku membantu ibuku memasak mi instan. Ketika semuanya sudah beres, aku dan temanku sudah mandi dan sarapan, kami segera pamitan dan memberikan kenang-kenangan. Orangtuaku juga memberi kami berdua oleh-oleh dalam kardus: pisang, jambu, dan petai.
Aku segera pergi ke basecamp untuk meletakkan barang bawaan. Karena belum ada orang yang berkumpul, melainkan tumpukan tas dan kardus oleh-oleh milik teman-teman kami, maka kami memutuskan untuk bermain di rumah salah satu teman kami. Ketika sudah banyak orang berkumpul di basecamp, maka kami pun segera pergi ke sana.
Pak Kadus, yaitu Pak Sarlanto, memberikan sedikit pengarahan dan meminta maaf apabila ada kesalahan yang telah kami perbuat selama berada di sana. Setelah itu bis kami mulai berdatangan. Kami segera memasukkan barang bawaan ke bagasi. Namun bagasi sudah terlanjur penuh, sehingga kardus oleh-oleh kami harus dibawa di dalam bis (dipangku atau ditaruh di tempat kosong di dalam bis). Setelah melakukan itu, kami semua pamitan dan bersalam-salaman dengan seluruh orangtua angkat (termasuk orangtua kami sendiri) seperti acara Idul Fitri. Setelah pamitan untuk yang kedua kalinya kami mulai masuk ke dalam bis.
Bis pun berjalan dengan perlahan-lahan. Kami pun melambaikan tangan kepada orangtua kami yang berada di luar. Mereka pun membalas lambaian tangan kami. Kami segera melakukan perjalanan yang panjang menuju rumah kami kembali. Bis melewati jalan yang sama seperti saat kami berangkat. Kami sempat berhenti sebentar di sebuah tempat semacam rest area untuk membeli minuman, makanan, atau menuntaskan hajat kami masing-masing. Setelah beristirahat sejenak kami pun melanjutkan perjalanan. 2 jam kemudian kami tiba di Semarang. Udara yang tadinya sejuk berganti menjadi panas yang menyengat. Bis tiba di halaman parkir Unimus. Kami segera menurunkan semua barang bawaan dan segera pulang ke rumah kami masing-masing! Saatnya berhadapan dengan kursi, meja, papan tulis, dan sepatu untuk kembali ke kehidupan lama.

Itulah sedikit cerita tentang pengalamanku selama menjalani program live in. Boleh jadi akan ada yang bertanya: "Kenapa fotonya sedikit?". Akan kujawab: "Karena author-nya tidak punya smartphone sendiri (harus pinjam sana-sini), jadi foto yang didapat sedikit.". Sengaja dipasang kalo foto teratas adalah foto keluarga X IPS 2 dengan walinya bu Y. Nanny Paramitha. Sampai jumpa di bulan depan!

Komentar

  1. coba deh sekolahku ada kegiatan kaya begitu
    (Fia gausah panggil Alfi dengan sebutan "kak" gapapa ya? kan seangkatan)
    oia, mau jawab komentarnya juga nihh : jadi yang link eksternal itu maksudnya kalau-kalau mau menambahkan halaman dari blog lain (dari blog yang bukan url blognya Alfi gitu)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa di sekolahnya Fia gak ada kegiatan seperti itu? Soal panggilan, sebenarnya Alfi tidak terlalu suka dipanggil "Kakak". Oke terimakasih untuk bantuannya Fia

      Hapus
  2. Di sekolahku ada kegiatan bgitu - program sekolah utk anak kelas 9, nginep di desa (rmh ortu asuh) selama seminggu. Baca ini jadi kangen masa2 itu, pengen silaturahmi kesana lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer