The Chronicles of Ghazi, The Rise of Ottomans
Judul : The Chronicles of
Ghazi, The Rise of Ottomans
Penulis : Sayf Muhammad Isa
& Felix Y. Siauw
Penerbit : Alfatih Press, 2016
Buku ini berkisah tentang leluhur Mehmet dan Dracula,
yaitu Bayazid dan Mircea. Secara penokohan, buku ini lebih mengisahkan tentang
masa lalu dan tekad yang membara dari Bayazid dan Mircea. Meskipun pada episode
pertama menceritakan tentang pembentukan Ordo Naga serta pengalaman Mehmet,
Radu, dan Dracula ketika bersekolah di Akademi Militer. Namun ketika beranjak
pada episode kedua, waktu melompat mundur ke tahun 1389 di Kosovo dan yang
memerintah kesultanan pada saat itu adalah Sultan Murad I.
Cerita
yang sesungguhnya diawali dengan peperangan. Namun pada awalnya lebih
menjelaskan apa yang terjadi sebelum peperangan terjadi. Awalnya, Sultan Murad
I mengutus dua orang untuk mengantarkan sebuah surat pada Kaisar Lazar
Hrebeljanovic, penguasa Kekaisaran Serbia yang isinya adalah sebuah ajakan
untuk memeluk agama Islam. Ketika dua utusan dan Kaisar Lazar saling berdiskusi
tentang isi surat itu. Di dalamnya tercantum tiga hal; apabila semuanya
bersedia masuk Islam, maka akan selamat di dunia dan akhirat. Jika menolak maka
diwajibkan membayar jizyah (pajak
khusus non-Muslim pada sistem kekhalifahan) setiap tahun, namun ada keringanan
khusus orang miskin, yaitu tidak perlu membayar jizyah. Dan seluruh masyarakat yang menolak masuk Islam,
keamanannya akan dijamin. Tidak akan ada yang dianiaya apalagi dipaksa keluar
dari agamanya. Tetapi jika masih menolak, maka mereka wajib diperangi. Ternyata
Kaisar Lazar malah menolak masuk Islam dan kedua utusan tersebut pulang.
Setelah
utusan tersebut pulang, datanglah beberapa bangsawan dari berbagai wilayah.
Mereka semua langsung menyiapkan pasukan dan persenjataan dalam menghadapi
Turki Utsmani. Sebelumnya beberapa wilayah di Eropa Timur telah diduduki oleh
Turki Utsmani. Salah seorang panglima, Vitko Fregadovic, telah mengantarkan
surat kepada Ivan Alexander, kaisar Bulgaria dari Murad I juga. Setelah
menyampaikan isi surat tersebut, Fregadovic pulang dan memikirkan isi surat
tersebut. Dalam sebuah pembicaraan penting mengenai strategi perang, Fregadovic
menyampaikan tentang perencanaan pasukan oleh Ivan Alexander dan lokasi perang
serta menyatakan bahwa dia hendak masuk Islam. Semua orang menerimanya dengan
gembira.
Keesokan
harinya, perang benar-benar terjadi. Perang berlangsung dengan sangat dahsyat.
Semua pihak saling menginginkan lawan mereka mati. Sultan Murad I berhasil
membunuh Kaisar Lazar. Sedangkan Fregadovic berhasil membunuh Ivan Alexander
meskipun ia mendapat luka yang cukup parah. Sultan Murad I mendapat syahid
karena dibunuh oleh Milos Obilic dari belakang. Syahidnya Sultan Murad I
terbalaskan oleh Bayazid. Yakub, adik dari Bayazid, telah dibunuh oleh Frado
Similovic. Namun Frado Similovic mati oleh Ehseneddin Hizirtoglu, penasihat
militer utama pada pemerintahan Sultan Murad I. Di tempat lain, lebih tepatnya
di Wallachia, Petru Celdu dieksekusi oleh Mircea akibat melarikan diri (karena
kalah) dari pertempuran di Kosovo. Karena dendam, Petru Aaron, anak dari Petru
Celdu, beserta Mihail Nicolae merencanakan pemberontakan kepada klan Draculesti
(faksi milik Mircea). Sedangkan Petru Aaron dan Mihail Nicolae adalah pemimpin
klan Danesti.
Akhirnya,
Bulgaria dan Serbia berhasil dikuasai oleh Kesultanan Turki Utsmani. Karena
Sultan Murad I dan Yakub telah syahid, maka yang menggantikan adalah Bayazid.
Hasan bin Mahdi, teman masa kecil Bayazid dan Yakub, menjadi penasihatnya.
Fregadovic menjadi amir di Bulgaria. Sedangkan Ehseneddin menjadi amir di
Serbia.
Sigismund,
Raja Hungaria, Janos Hunyadi, Paus Eugene IV, Mircea, Vlad dan Alexander
membicarakan tentang persiapan Perang Suci. Sedangkan Bayazid, Ehseneddin, dan
Syaikh Hasan berhasil menaklukkan Dobrogea. Begitu Kristendom mengetahui,
mereka segera menyiapkan pasukan untuk merebut kembali Dobrogea dari Turki
Utsmani. Perang yang satu ini lumayan besar karena melibatkan hampir semua
kerajaan di Kristendom. Saat pengepungan, pasukan dibagi menjadi empat. Gunanya
agar mereka mampu menyerang dari empat penjuru. Ketika mereka mengepung
Dobrogea di malam hari, pihak Kristendom menyadari bahwa tidak ada satu pun
penduduk di kota itu. Mereka langsung menggeledah hampir semua rumah karena
tidak menemukan penduduk atau prajurit. Mereka semua kebingungan. Ketika mereka
bingung, tiba-tiba ada hujan panah dari gelapnya malam yang langsung membunuh
sebagian besar prajurit perang suci. Mereka semua langsung panik. Mereka
berusaha menyerang dan menyelamatkan diri. Namun beberapa panglima diantara
mereka mati. Akhirnya Sigismund memerintahkan untuk mundur menyelamatkan diri.
Dan Dobrogea pun gagal direbut kembali oleh Kristendom.
Beberapa
waktu kemudian setelah gagalnya penyerbuan ke Dobrogea oleh Kristendom, Vlad II
menikah dengan Cneajna, anak Alexander dari Moldavia. Bagi Mircea, pernikahan
ini juga berguna untuk memperkuat aliansi Wallachia dengan Moldavia. Beberapa
saat setelah pernikahan Vlad dan Cneajna, ada utusan dari Turki Utsmani yang
memberi surat dari Bayazid yang isinya sama seperti yang pernah dikirimkan
kepada Lazar Hrebeljanovic. Namun sayang, Mircea menolak tawaran tersebut.
Malah kedua utusan tersebut dibunuh secara kejam.
Setelah
penolakan tersebut, maka Bayazid memutuskan untuk menyerbu Wallachia dari
Rovine dan menyusuri sungai Arges. Mircea juga mengetahui apa yang akan
terjadi. Maka Mircea juga mempersiapkan pasukan untuk melawan Turki Utsmani.
Mircea juga menggalang kekuatan dengan meminta bantuan kepada Hungaria dan
Moldavia. Pada pertempuran ini, ada prajurit dari Turki Utsmani yang
berkhianat. Dialah yang memberitahukan tentang pergerakan pasukan Turki
Utsmani. Malam sebelum penyerbuan Rovine, Mircea menyusup ke dalam tenda
Bayazid dengan menggunakan seragam pasukan Janissari. Di sana mereka berdua
berunding dan bersumpah untuk saling mengalahkan. Dan sebagai akibat dari
pengkhianatan itu, pasukan Turki Utsmani kalah dan syahid akibat diserbu secara
mendadak sehingga mereka gagal menaklukkan Wallachia.
Di
Hungaria, Vladislav, Petru Aaron, Mihail Nicolae, dan Janos Hunyadi
merencanakan pemberontakan terhadap klan Draculesti. Vladislav adalah pemimpin
klan Danesti, saingan klan Draculesti. Sebenarnya, ketika Mircea memerintah
Wallachia, ia memerintah dengan otoriter. Mengancam beberapa boyar, bahkan
mengeksekusi lawan politiknya dengan keji. Para boyar yang ada di sana
sebenarnya takut dan benci atas kesemena-menaan Mircea. Maka Hunyadi
memerintahkan untuk merebut Wallachia dari tangan Mircea melalui bantuan
Vladislav. Selain itu Paus Bonifacius juga menyerukan Perang Suci melawan Turki
Utsmani dengan membuat Papal Bull. Apalagi ada kabar dari mata-mata Kristendom
yang berada di Edirne dan mengabarkan bahwa Turki Utsmani akan menyerang
Hungaria pada bulan Juli. Maka Sigismund dan Hunyadi meminta bantuan dari
berbagai negara. Maka terbentuklah aliansi dari berbagai wilayah di Eropa.
Akhirnya Kristendom memutuskan untuk mempertahankan Hungaria. Dalam
perjalanannya, mereka akan terus bergerak sambil menggabungkan kekuatan dan
membebaskan wilayah yang telah direbut oleh Turki Utsmani, hingga pada akhirnya
mereka akan merebut Yerusalem kembali. Mereka terus menaklukkan berbagai kota
yang telah direbut oleh Turki Utsmani. Salah satunya adalah Vidin.
Mereka
lalu menaklukkan Oryahovo yang saat itu sedang dipimpin oleh seorang amir
bernama Dogan Bey. Ketika serangan pertama berakhir, pihak Kristendom melarikan
diri untuk sementara waktu. Saat serangan dari gelombang kedua datang, pasukan
Turki Utsmani yang ada di sana tak mampu mempertahankan diri. Oryahovo jatuh ke
tangan Kristendom. Seisi kota dihancurkan dan dibakar. Seluruh prajuritnya
dibunuh, termasuk perempuan dan anak-anak. Dogan Bey pun tak luput dari
siksaan. Alhamdulillah dia masih bisa bertahan ketika pasukan yang dipimpin
oleh Bayazid merebut dan membereskan semua kekacauan yang terjadi di Oryahovo.
Namun pada akhirnya Dogan Bey meraih syahid.
Pasukan
Kristen merasa di atas angin. Mereka menganggap kemenangan di Oryahovo sebagai
kemenangan gemilang. Namun semua itu terbayar mahal atas kematian Philippe de
Artois dan Jean de Vienne. Ketika perjalanan menuju Nicopolis, terjadi
perselisihan di antara sesama pasukan Perang Suci. Ketika para panglima dari
Prancis merasa terhina akibat sesuatu yang dikatakan oleh Hunyadi, maka gerak
pasukan terhenti. Sigismund dan Count Rupert bersusah payah menjaga persatuan
walaupun beberapa dari mereka sering mengaibaikannya.
Nicopolis
memiliki sistem pertahanan alami yang cukup sempurna. Kota itu dibagi menjadi
dua bagian, atas dan bawah. Yang atas terletak di puncak sebuah tebing karang
yang dibatasi dengan tembok tebal di sekelilingnya karena di situ terletak
rumah para penduduk. Yang bawah juga dibangun tembok tebal untuk pertahanan
karena untuk memasuki Nicopolis bagian atas harus melewati Nicopolis bagian
bawah terlebih dahulu. Hal ini sangat menyulitkan pasukan salib yang ingin
merebut kota tersebut. Sebelumnya mereka telah berkemah di celah Shipka, sebuah
jalan yang berupa padang rumput untuk menuju Nicopolis. Kota itu dipimpin oleh
seorang amir bernama Hamed Bey. Waktu itu dia diberitahu oleh prajurit yang
menjadi mata-mata dan mengabarkan kalau pasukan salib sudah berkemah di celah Shipka.
Saat dia memeriksa, ternyata memang benar. Namun saat perjalanan pulang, usaha
mereka malah diketahui oleh pasukan salib yang mengintai sehingga terjadi
pertikaian kecil. Alhamdulillah Hamed Bey berhasil melarikan diri.
Sigismund
dan yang lainnya hanya bisa menunggu karena pengepungan Nicopolis tak selancar
yang mereka harapkan. Kali ini semua orang sepakat. Namun ada kekhawatiran
apabila Bayazid dan pasukannya datang walaupun saat itu sudah lewat bulan Juli.
Akhirnya pasukan salib hanya bisa mengepung Nicopolis sambil membendung aliran
sungai Danube.
Hamed
Bey dan prajuritnya berhasil menemukan jalan keluar dari pengepungan tersebut.
Prajurit yang bernama Aslan ditugasi untuk ke Tarnovgrad dalam upayanya mencari
bantuan pasukan. Sedangkan Yazed ditugasi untuk menemui Sultan Bayazid di
Kosovo.
Ketika
Sultan Bayazid dan rombongannya telah tiba di celah Shipka, mereka segera
berkemah dan menyiapkan pasukan perang. Ketika Sigismund dan yang lainnya sudah
pening akibat pengepungan yang tidak berjalan dengan lancar, tiba-tiba ada
prajurit yang mengabarkan kalau pasukan Islam sudah tiba di celah Shipka.
Mereka semua langsung bersiap-siap dan berperang. Karena jumlah pasukan salib
sudah semakin berkurang akibat beberapa penyerbuan yang telah mereka lakukan dan
jumlah pasukan Islam masih lengkap, pecahlah pertempuran yang tidak seimbang di
celah Shipka. Pasukan salib dengan mudah dapat diserang dari dua arah, dari
dalam kota dan dari luar (oleh pasukan yang dipimpin oleh Bayazid). Beberapa
panglima mati, sedang yang lainnya terluka. Ketika itulah datang bala bantuan
berupa armada kapal yang dipimpin oleh Gian Galeazzo, pemimpin Republik
Venesia. Namun pasukan salib terlanjur kalah.
Kelebihan
buku ini terletak pada isinya. Buku yang ditulis oleh ustadz Felix Y. Siauw dan
Sayf Muhammad Isa ini bertujuan membangkitkan semangat Islami kepada generasi
millenial. Semangat dan keteguhan para tokoh akan membuat kagum para pembaca.
Di beberapa bagian, jika mudah tersentuh, akan menangis karena mengharukan.
Tetapi di bagian tertentu ada yang lumayan sadis. Namun kekurangannya adalah
kesalahan eja dan tanda baca. Lebih dari itu, buku ini bagus untuk dibaca
karena mengandung pengetahuan akan sejarah Islam pada masa kejayaan yaitu pada
masa Kesultanan Turki Utsmani.
Komentar
Posting Komentar