Negeri Para Bedebah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama,
2012
Buku
ini menceritakan tentang upaya penyelamatan Bank Semesta oleh Thomas. Thomas
berasal dari keluarga yang kaya karena opa dan pamannya memiliki konglomerasi
bisnis yang lumayan besar. Namun papa-mamanya mati dalam kebakaran rumah saat
ia masih kecil akibat kesalahan yang dilakukan oleh Om Liem. Akhirnya Thomas
harus menjalani hidup di sekolah berasrama dengan fasilitas terbatas.
Awalnya,
Thomas baru saja mengisi konferensi tentang perbankan dunia di London. Setelah itu
langsung pulang menuju Jakarta untuk mengikuti pertarungan tinju melawan Rudi,
seorang jenderal bintang satu di kepolisian yang merupakan salah satu temannya
di klub petarung. Jumat dini hari, saat Thomas sedang menginap di hotel, dia
dihubungi oleh Ram, orang kepercayaan Om Liem, bahwa otoritas bank sentral akan
menutup Bank Semesta. Bank Semesta sebenarnya dimiliki oleh Liem Soerja atau Om
Liem. Namun Bank Semesta memiliki begitu banyak masalah sehingga semua deposito
seluruh nasabah Bank Semesta terancam hangus tanpa sisa jika tidak ditalangi
dengan dana dari pemerintah (bank sentral).
Thomas
bergegas menuju rumah milik Om Liem setelah diberitahu oleh Ram bahwa kesehatan
Tante menurun dan selalu menanyakan Thomas sejak kasus ini terjadi. Rumah Om
Liem sudah dikepung oleh satu peleton pasukan khusus dan anggota kepolisian
sejak Jumat siang. Dengan sedikit tipuan, Thomas berhasil melarikan Om Liem dan
menggunakan ambulans untuk menuju bandara. Karena kasus Om Liem tergolong
‘besar’, maka seluruh gerbang imigrasi, baik pelabuhan, stasiun, terminal,
maupun bandara sudah menerima notifikasi pencekalan. Berkat bantuan Randy,
pejabat tinggi di keimigrasian yang juga merupakan kawan di klub petarung,
Thomas dan Om Liem berhasil melewati gerbang imigrasi. Namun ada yang membuat
Thomas tersadar sehingga mereka berdua tidak jadi naik pesawat dan malah pergi
dengan ambulans menuju rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur.
Di
rumah peristirahatan, Thomas segera berganti mobil dan ‘menitipkan’ Om Liem
pada Opa dan menuju Jakarta. Selama perjalanan menuju Jakarta, Thomas
memberikan beberapa tugas kepada Maggie, stafnya, untuk mengumpulkan para
wartawan, mencari data tentang Bank Semesta, dan lain sebagainya. Ketika tiba
di Jakarta, Thomas langsung menuju salah satu restoran untuk berkumpul dengan
wartawan. Di sana, mereka berbicara mengenai kasus Bank Semesta, sistem
perbankan dunia, dan dampak sistemis. Setelah wawancara, Thomas bergegas menuju
kantornya untuk mengambil dokumen tentang Bank Semesta. Thomas segera meneliti
dan mencermati tentang data Bank Semesta. Namun, dia diganggu oleh kedatangan
Julia, wartawan yang mewawancarainya di pesawat saat perjalanan London-Jakarta.
Julia segera membongkar masa lalu Thomas, bahkan mengancam akan membeberkan
kepada publik tentang tersangka utama kasus penyelamatan Bank Semesta di media
cetak. Tetapi sebelum Thomas sempat bereaksi polisi keburu datang dan
menanyakan kantor tempat Thomas bekerja.
Thomas
segera berkemas dan melarikan diri dengan Julia. Walaupun gedung sudah dikepung
tetapi Thomas dan Julia bisa melarikan diri berkat alarm kebakaran palsu.
Mereka segera bergegas menuju rumah peristirahatan Opa. Tiba-tiba, di tengah
perjalanan Julia memutuskan untuk tidak terlibat dalam kasus penyelamatan Bank
Semesta. Thomas berhasil membujuk Julia untuk membantunya mengungkap kasus Bank
Semesta dengan menceritakan sebuah kisah yang membuatnya membenci Om Liem
selama puluhan tahun. Setelah diceritakan, tiba-tiba ada mobil polisi yang
mendekat. Untungnya dengan skenario palsu Fernando-Esmeralda mereka bisa
melarikan diri.
Setibanya
di rumah peristirahatan Opa, mereka berdua malah disandera oleh pasukan khusus.
Ternyata Om Liem dan Opa sudah disandera sebelum mereka berdua datang. Saat
disandera dan diinterogasi, Thomas justru bertemu dengan Rudi, salah satu
perwira kepolisian. Rudi menanyakan beberapa hal kepada Thomas dan Thomas
meminta Rudi untuk membantu melarikan diri. Dengan sedikit tipuan, secara
pura-pura akhirnya Rudi berhasil disandera dan keenam anak buahnya terkapar
pingsan. Thomas segera menuju salah satu vila di sekitar Waduk Jatiluhur.
Mereka semua menggunakan mobil laundry
untuk menuju Jakarta. Di perjalanan, Julia malah mewawancarai Om Liem.
Di
Jakarta, Thomas segera menuju pelabuhan Sunda Kelapa untuk menitipkan Opa dan
Om Liem pada Kadek, kapten kapal yacht
Pasifik. Thomas dan Julia segera pergi. Saat perjalanan, Maggie menelepon kalau
ada orang penting yang terlibat dalam kasus Bank Semesta yaitu Erik. Maka Julia
menggunakan seluruh kemampuannya untuk mendapatkan waktu wawancara dengan Ibu
Menteri agar upaya Thomas dalam memengaruhi kebijakan dalam menyelamatkan Bank
Semesta. Sementara Thomas menuju apartemen milik Erik, salah satu teman di klub
petarung selain Randy, Rudi, dan Theo. Thomas meminta Erik untuk memanipulasi
data tentang dana talangan untuk Bank Semesta dari tujuh triliun menjadi dua
triliun.
Untungnya,
Maggie mengetahui sesuatu sehingga Thomas pergi menggunakan pesawat untuk
bertemu dengan kepala lembaga penjaminan simpanan dan gubernur bank sentral.
Selama perjalanan Jakarta-Jogja, mereka membicarakan tentang penyelamatan Bank
Semesta. Namun ketika Thomas masih di bandara, dia keburu ditangkap oleh
pasukan khusus. Selama perjalanan menuju penjara, Thomas bertemu dengan Wusdi
dan Tunga di dalam mobil taktis, otak pembakaran rumah dan keluarga Thomas.
Ketika di penjara, Thomas berhasil melarikan diri dengan menyuap sipir penjara
dan menuju dermaga Sunda Kelapa.
Selama
berada di Pasifik, Thomas dengan Om
Liem dan Opa membicarakan banyak hal. Namun ketika Thomas hendak menuju kantor,
Kadek memberitahunya kalau ada pasukan khusus yang menyerbu kapal tersebut.
Maka Thomas segera membereskan masalah tersebut dengan senapan AK-47. Setelah
itu semua Thomas memutar menuju Jakarta. Di Jakarta, dia langsung menuju Bank
Semesta untuk membicarakan tentang deposito 100 nasabah terbesar yang bernilai
puluhan miliar. Setelah itu, dia malah bertemu dengan Shinpei, rekanan bisnis
tepung terigu Edward-Liem dan kolega bisnis Om Liem.
Setelah
semua urusan beres, Thomas dan Julia menuju kantor Ibu Menteri untuk melakukan
wawancara. Sayangnya Thomas belum bisa memengaruhi keputusan Ibu Menteri yang
selalu memegang teguh prinsip dan keputusan tentang Bank Semesta. Ibu Menteri
malah lebih memilih membiarkan Bank Semesta dinyatakan pailit. Namun dalam
perjalanan pulang, Thomas malah ditelepon oleh X2 jika Maggie sedang disandera
di kantornya. Maka Thomas segera mengambil tindakan.
Di
parkiran kantornya, Thomas bertemu dengan seorang pengantar pizza. Thomas berhasil memaksa pengirim pizza itu untuk berganti pakaian dengan
menggunakan revolver. Thomas segera menyusun rencana untuk membunuh para
pasukan yang menyandera Maggie. Namun rencananya gagal. Tapi dia dibantu oleh
Rudi yang sudah dipecat menjadi polisi lalu lintas dan membantunya melumpuhkan
semua pasukan kecuali X2.
Setelah
berhasil menyelamatkan Maggie, mereka berempat segera pergi menuju dermaga
Sunda Kelapa untuk menitipkan Maggie pada Kadek. Julia pergi menuju kantornya
untuk membuat laporan. Sedangkan Thomas dan Rudi pergi menuju bandara untuk
pergi ke Denpasar menemui ‘Putra Mahkota’. Mereka berhasil pergi dengan
menyamar sebagai tahanan transfer. Dan melarikan diri sebelum pasukan khusus
menangkapnya. Di Denpasar, Thomas berhasil memengaruhi ‘Putra Mahkota’ dalam
memengaruhi keputusan Ibu Menteri untuk menyelamatkan Bank Semesta. ‘Putra
Mahkota’ sebenarnya adalah pimpinan partai tertinggi–partai berwarna
lembayung–yang juga berperan besar dalam pemerintahan.
Dalam
perjalanan pulang menuju Jakarta bersama anggota partai, Thomas mendapat
kiriman file dari Julia tentang ultimate shareholder, kepemilikan akhir
sebuah perusahaan. Dokumen itu berisi daftar tentang sepuluh debitur Bank
Semesta. Empat dari sepuluh perusahaan debitur adalah milik Tuan Shinpei, empat
perusahaan yang terdaftar di Cayman Islands serta negara-negara pelindung
lainnya mendudukkan Ram sebagai salah satu pemilik minoritasnya. Maka Thomas
bersumpah untuk membalas dendam kepada Tuan Shinpei, Ram, Wusdi, dan Tunga.
Buku
ini menurut saya lumayan bagus untuk dibaca. Karena bergenre aksi (laga) dan
penuh tembakan serta kejar-kejaran menjadi menarik. Apalagi buku ini memperoleh
penghargaan “Anugerah Pembaca Indonesia 2012”, mungkin karena menggabungkan
aksi dengan ilmu ekonomi dalam sebuah karya sastra yang mengagumkan. Dan
alurnya lumayan rumit. Latar waktu dalam cerita selama dua hari disajikan dalam
novel setebal 444 halaman. Oleh karena itu alurnya begitu padat dan
menegangkan. Ada beberapa bagian yang tidak boleh dibaca oleh anak-anak karena
bersifat novel dewasa. Namun di balik semua itu, banyak istilah-istilah ekonomi
yang tidak dijelaskan. Hal ini bisa mempersulit pembaca yang tidak memiliki
kompetensi pengetahuan tentang ekonomi.
Komentar
Posting Komentar