Mutiara Ramadhan 1439 H - Shalat Tarawih

Shalat Tarawih
Mungkin temen-temen ngerasa, kalo shalat Tarawih hanya wajib dilakukan pada bulan Ramadhan. Dulu Alfi juga merasa begitu. Namun, setelah belajar dari beberapa hadits dan ustadz akhirnya jadi tau kalo shalat Tarawih bukanlah kewajiban di bulan Ramadhan, melainkan ibadah yang dilakukan untuk menambah amalan pahala.
Di zaman Rasulullah SAW, dulu shalat Tarawih tidak dilakukan di masjid-masjid besar seperti sekarang. Malah Rasulullah melakukan sendiri, di rumahnya dan bukan di masjid. Para sahabat Nabi merasa heran. Akhirnya Rasulullah menjelaskan, “Sesungguhnya aku takut apabila shalat Tarawih diwajibkan atas kalian.”
Di Indonesia, shalat Tarawih dibagi menjadi dua golongan yaitu 11 rakaat dan 23 rakaat. Kalo 11 itu Tarawihnya ada 8 rakaat sedangkan witirnya hanya 3 rakaat. Sedangkan yang 23, berarti Tarawihnya ada 20 rakaat dan witirnya tetep 3 rakaat. Gara-gara perbedaan itu akhirnya muncul pendapat yang menyatakan Tarawih 23 rakaat tapi cepet dibandingkan hanya 8 rakaat tapi lamanya minta ampun.
Rasulullah sendiri shalat Tarawih hanya 8 rakaat. Tapi jangan samakan shalatnya Rasulullah dengan yang kita alami saat ini. Rasulullah adalah seseorang yang istimewa, yang dijamin pasti masuk surga oleh Allah. Tapi Rasulullah tetap sholat malam sampe kakinya bengkak. Bayangkan, Rasulullah membaca Al-Fatihah (wajib), Al-Baqarah, Ali-‘Imran, dan An-Nisa baru rukuk. Berapa lama Rasulullah berdiri hanya untuk shalat? Tiga surah di atas itu jumlahnya ratusan ayat.
Kalo di Masjidil Haram, menurut penuturan Ustadz Hanan Attaki, itu imamnya baru rukuk setelah membaca Al-Baqarah. Kalo gak salah, cara membacanya hampir persis seperti Taha Al-Junayd. Agak lambat memang, tapi merdu dan enak didengar.
Kembali ke masalah perbedaan rakaat. Kalo sholatnya cepet, itu berarti mereka sholatnya tidak tuma’ninah. Cara membaca surah juga harus diperhatikan. Jangan sampe membaca cepat tapi tajwid dan makhroj-nya diabaikan. Beda harakat, beda kata walaupun satu huruf bisa membuat perbedaan yang besar dalam arti Al-Qur’an.
Jadi, kesimpulannya adalah, perbedaan rakaat dalam shalat Tarawih bukanlah masalah. Yang penting adalah khusyuk tidaknya sholat, dan cara membacanya.

Komentar

Postingan Populer