Mutiara Ramadhan 1439 H - Kejayaan Islam


Mengembalikan Kejayaan Islam
Bagi kalian yang udah pernah belajar sejarah Islam, pastinya tau kalo dulu Islam sempet berjaya karena ilmu pengetahuan yang pernah ditemukan. Berbagai tokoh menjadi terkenal karena ilmu pengetahuan yang mereka temukan. Contohnya Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, Jabir bin Hayyan, Ibnu Al-Haytham, Al-Khawarizmi, Al-Battani, Al-Farabi, de el el.
Itu dulu. Tapi sekarang? Pernah denger berita tentang orang yang agamanya Islam trus nerima hadiah Nobel? Kita lupakan dulu soal hadiah Nobel-nya. Apa yang terjadi pada umat Islam di belahan dunia lainnya?
Di Palestina, saudara kita menderita karena tanah kelahiran mereka sedang dijajah oleh Israel. Dengan mengatasnamakan Kitab Suci, yang mengatakan bahwa Palestina adalah Tanah Yang Dijanjikan (The Land Promise) sehingga mereka tanpa hati membantai ribuan, bahkan jutaan manusia baik laki-laki maupun perempuan.
Di Suriah, saudara kita menderita karena perselisihan antar faksi. Yang satu dukung Bashar Al-Assad (diktator), yang lain dukung Amerika dan Rusia (oposisi). Akibatnya, hampir setiap hari terjadi perang. Angka imigran meningkat dengan tajam. Rumah dan gedung hancur lebur.
Di Eropa (apa pun negaranya), umat Islam menderita karena mereka disamakan dengan teroris, padahal teroris itu hanya mengatasnamakan umat Islam. Cuma ngucap Allahu Akbar (Allah Maha Besar), punya jenggot lebat, pake cadar, langsung dihina, bahkan jiwanya terancam.
Dalam sejarah umat manusia, umat Islam hanya pernah meraih hadiah Nobel sebanyak tiga kali. Sedangkan umat Yahudi gak kehitung karena banyaknya hadiah Nobel yang mereka terima. Bisnis yang dimiliki orang Yahudi juga banyak. Ada Starbucks, Levi’s, Unilever, de el el (remember, kalo kalian beli dari sini, kalian juga menyiksa sesama umat Islam. Kenapa? Keuntungannya digunakan untuk membeli senjata yang digunakan untuk membantai umat Islam di Palestina).
Umat Islam di Indonesia sendiri juga seperti itu. Gara-gara kurang membaca, mereka asal nerima aja budaya dari Barat tanpa diseleksi. Akibatnya, kita jadi berjiwa konsumerisme, hedonisme, de el el.
Dalam sebuah hadits disebutkan kalo pada akhir zaman nanti umat Islam bukannya sedikit, banyak malah. Tapi apa yang terjadi? Umat Islam bagaikan buih di lautan. Banyak, tapi diombang-ambingkan oleh air laut.
So, oleh karena itu kita harus memperbaiki diri sendiri. Banyak belajar, terutama belajar Al-Qur’an dan hadits. Buat apa? Biar kita tau agar umat Islam tu gak melulu ngibadah doang, tapi juga bermanfaat bagi orang di sekelilingnya. Bukankah Rasulullah berkata, “Aku menjadi Nabi untuk membawa berkah bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).”
Jangan biarkan umat Islam berada dalam kebodohan moral (jahiliyyah). Banyaknya umat Islam, terutama remaja yang sedang mencari jati diri, terkadang tersesat dan akhirnya, kehilangan kebanggaan terhadap agamanya sendiri.

Komentar

Postingan Populer