Mutiara Ramadhan 1439 H - Batas Toleransi


Batas Toleransi
Dunia udah berubah. Zaman gak kayak pas masih ada Rasulullah SAW. Perkembangan teknologi begitu cepat. Pergaulan tidak lagi mengenal batas. Laki dan perempuan bisa saling kenal melalui media sosial, bukan melalui ta’aruf yang ada pengawasnya. Para penganut agama saling menghormati. Kegiatan keagamaan bisa dilakukan tanpa rasa takut.
Disinilah peran kita sebagai generasi penerus agama Islam. Karena itu tadi, laki dan perempuan udah gak ada batasnya sekarang. Pacaran ada di mana-mana. Salaman? Jangan tanya. Hampir setiap saat kita salaman dengan lawan jenis. Padahal Rasulullah SAW dan Islam telah mengajarkan muhrim. Harusnya, sebagai orang Islam, kita gak salaman dengan lawan jenis. Masih inget kan adzabnya? Seperti memegang panasnya api neraka. Kalo udah halal mah bisa menggugurkan dosa-dosa kecil (suami-istri).
Itu baru toleransi tentang salaman. Barangkali ada yang bilang, “Eh kamu Islam aliran mana sih, kok gak mau salaman dengan lawan jenis?” Misalkan yang nanya kita itu anak perempuan Muslim yang gak pake kerudung.
Jawab aja gini, “Kamu sendiri, Islam aliran mana? Kok gak pake kerudung?” Itu jawaban yang telak guys! *jleb! Asal tau aja, Alfi sejak SD kelas 5 udah diajari kalo gak boleh salaman dengan lawan jenis. Dan ajaran agama itu Alfi pegang terus sampe sekarang. Tentu aja, godaan keimanannya (wuih) lebih berat karena Alfi menghadapi orang yang belum terlalu memahami ajaran Islam.
Yang kedua ada masalah toleransi dalam agama. Yang satu ini tidak kenal toleransi sebenarnya. “Bagimu agamamu, bagiku agamaku” (QS Al-Kaafirun : 6). Contohnya? Pas Natal. Itu perayaan orang Katolik atau Kristen. Natal dalam bahasa Latin artinya lahir. Memang sih, menurut keyakinan mereka tanggal 25 Desember Yesus Kristus lahir. Kalo kita ngucapin “Selamat Hari Natal” ke mereka, hukumnya haram. Mereka kan tidak mengakui Muhammad sebagai nabi. Sedangkan mereka, mereka hanya mengakui Yesus atau Isa sebagai nabi terakhir mereka.
Ada lagi masalah toleransi yang berkaitan dengan agama. Hari Valentine. Dimana-mana, orang beli cokelat Silver Queen, ngasih bunga ke pacarnya, gandengan tangan, bahkan pesta s*** (sensor). Dan yang bikin kesel, yang banyak melakukan hal-hal yang disebutin di atas adalah orang Islam!
Kadang orang bilang, “Ini udah zamannya toleransi. Kita kudu toleran ama mereka...” Dalam hal mu’amalah (masyarakat), boleh. Contohnya membantu mendirikan tratak (ni tulisannya bener gak sih?) ketika ada tetangga kita yang non udah meninggal. Itu boleh. Kita nyumbang uang ke tetangga kita yang kebetulan miskin dan non-Muslim. Itu juga boleh banget. “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan....” (QS Al-Ma’idah : 2) Rasulullah SAW sendiri membeli gandum dan bahan pangan lainnya dari seorang Yahudi. Utsman bin Affan membeli sumur Raudah ketika terjadi kekeringan parah dari seorang Yahudi.
Tapi kalo udah ke aqidah (keyakinan), jelas terlarang. Pendeta jadi imam sholat, gak boleh.  Hafidzul Qur’an suruh baca Alkitab, gak boleh juga. Yang jelas, kalo udah ke masalah agama dan kepercayaan, gak ada kata toleran.

Komentar

Postingan Populer