Mutiara Ramadhan 1439 H - Perempuan Menurut Islam
Perempuan
Menurut Islam
Dalam Islam, yang namanya perempuan begitu dimuliakan. Gak ada
ceritanya dalam sejarah Islam, kalo perempuan itu dilecehkan. Memang dalam
sejarah Arab jahiliyyah, kalo ada bayi perempuan, pasti dibunuh. Mereka
menganggap bahwa anak perempuan itu membawa kesialan. Setelah Islam datang,
perempuan dimuliakan. Perempuan dibolehkan untuk ikut serta dalam peperangan,
boleh untuk mengutarakan pendapat, bahkan meriwayatkan hadits seperti Aisyah.
Percaya gak percaya, dalam Al-Qur’an, ada sebuah surah yang namanya
adalah An-Nisa. Artinya, perempuan. Nah, menariknya, surah ini justru
menceritakan tentang pembagian harta warisan, aturan menikah (termasuk
dibolehkannya poligami), kewajiban memberikan maskawin (mahar), dan pelaksanaan
hukuman terhadap pelaku zina. Tentu saja yang paling banyak dibicarakan dalam
surah ini adalah perempuan.
Kalian pasti pernah denger “Perempuan itu makhluk yang lemah.” Hahaha.
Sebenarnya gak begitu. Mungkin iya, perangainya, atau tingkah lakunya yang
lemah lembut. Tapiii, kenyataannya, gak begitu. Dulu, perempuan (yang tidak
berada di kawasan Timur Tengah), biasanya tidak memiliki kebebasan untuk
bersekolah, bekerja, bahkan hidup di luar rumah. Normalnya, mereka dipingit
setelah mencapai usia tertentu, kayak “Ibu Kita Kartini”. Setelah itu, mereka
menikah dengan calon yang sudah ditentukan oleh orangtua mereka. Beruntunglah
kalian para perempuan Indonesia, berkat Kartini, kalian bisa bersekolah, bahkan
bekerja.
Di masa modern seperti ini, perempuan bisa menduduki jabatan tertinggi
dalam sebuah perusahaan, atau pemerintahan. Di Indonesia contohnya. Dulu Bu
Megawati pernah menjadi presiden walaupun hanya setahun. Di luar negeri, ada
perempuan yang bisa mencapai jabatan CEO.
Kembali ke masalah utama. Katanya, perempuan itu di dalam Islam
dimuliakan. Mana buktinya?
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A., ia mengatakan bahwa seseorang
datang menghadap Rasulullah SAW, lalu bertanya, “Siapakah orang yang paling
berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya
lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian
siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau
menjawab, “Ayahmu”. (HR Muslim).
Ada satu hadits lagi. “Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.”
(HR Muslim).
Kita bahas satu-satu. Kenapa ibu dulu sebanyak tiga kali, baru ayah
sekali, dan itupun belakangan. Ibu itu perempuan, nanggung tugas paling banyak.
Mengandung kita selama 9 bulan, dan melahirkan, itu sebuah tugas yang berat.
Imbalannya, jika meninggal, maka beliau dinyatakan syahid. Tapi ayah, tetap ada
gunanya. Walaupun beliau diletakkan di urutan terakhir, tapi dia adalah
pemimpin keluarga. Menanggung nafkah satu keluarga.
Biasanya, pas Renungan Malam, yang dibahas itu hanya ibu, ibu, dan ibu.
Gak ada Renungan Malam yang ngebahas ayah. Padahal, ayah berperan paling besar
dalam keluarga.
Bapak, ibu, maafin semua kesalahan Satya. Maafkan apabila perbuatan dan
perkataanku menyakiti hati kalian berdua. ”Ya Allah, ampunilah dosa kedua orangtuaku.
Kasihanilah mereka sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil.”
Komentar
Posting Komentar